Maros Pedomanku.id:
Jembatan merupakan bangunan yang menghubungan dari salah satu jalan dengan jalan lain. Jembatan dianggap sangatlah penting, apalagi bila jembatan itu merupakan jalur poros atau penghubung desa satu dengan desa yang lainya. Pentingnya sebuah jembatan dapat diambil dari beberapa sisi ekonomis, sosial, dan goegrafi.
Atas dasar pemikiran bawasanya begitu pentingnya fungsi jembatan sebagai penghubung, maka Pemerintah kabupaten Maros membangun jembatan penghubung Desa Pajukkukang dan Desa Tupabiring di Dusun Rea-rea, Kecamatan Bontoa.
Awalnya, jembatan ini tidak bisa dilalui masyarakat, lantaran pada awal tahun 2023 lalu amblas. Jembatan tersebut baru rampung diperbaiki Pemerintah Kabupaten Maros pada 2024 ini.
Bupati Maros, Chaidir Syam mengemukakan, sekalipun jembatan tersebut rusak pada wal tahun 2023, namun pihaknya baru berkesempatan membangun kembali jembatan Rea-rea ini pada tahun 2024. Anggaran yang digelontorkan sebanyak Rp290 juta.
“Jadi p[erlu diketahui bahwa, perbaikan jembatan ini baru bisa dilaksanakan setahun kemudian, yakni tahun 2024 ini. Karena insiden amblasnya jembatan terjadi setelah penetapan APBD pokok 2023. Sehingga tidak sempat dimasukkan, kemudian baru bisa dimasukkan dengan pada APBD pokok tahun 2024,” tutur mantan Ketua DPRD Maros ini, Rabu 18 September 2024.
Sebelumnya, Kepala Desa Tupabiring, Muhammad Arif pada, Rabu, 18 September 2024 menyebut, jembatan Rea-rea yang panjangnya 12 meter dengan lebar 3 meter tersebut sudah digunakan oleh masyarakat setempat selama 15 tahun lamanya. Jembatan ini merupakan program PNPM mandiri. Namun karena terbuat dari gelagar besi yang kurang cocok dengan air asin akhirnya amblas pada awal tahun lalu.
Sebenarnya pihaknya telah menyurat untuk perbaikan usai jembatan tersebut amblas pada Agustus 2023 lalu, hanya saja masih terkendala. Sekalipun demikian, pihaknya menaku bersyukur Pemkab Maros telah memperbaikinya tahun ini.
Menurutnya, akibat kerusakan jembatan tersebut, akses roda empat ke dua desa benar-benar terputus. Sementara untuk roda dua, pihaknya membuat jalur alternatif yang cukup jauh dengan menggunakan kayu dan bambu.
“Kami berharap, setelah pembangunan jembatan ini selesai, aktivitas warga kembali normal, karena di sana itu banyak jual beli ayam, selain itu untuk petani, anak-anak sekolah dan masyarakat yang harus mengambil dan membeli air untuk kebutuhan sehari-hari. (wis)