Makassar, Pedomanku.id: Roda kepengurusan Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Makassar 2024-2029 segera berakhir. Ahmad Taslim Matammeng, S.Ag.M.Ag, menegaskan dirinya bersiap diri untuk menggantikan Kaswad Sartono. Ia malah menyebut, siap berhikmah di NU.
Berhikmah dalam pandangan putera bungsu ACH Abdurrahman Matammeng—salah seorang ulama kharismatik Sulawesi Selatan ini, tidak sekadar membesarkan dan memperbaiki NU. Mengapa? Ya, lantaran, NU sudah besar dan NU sudah baik. Malah, Sekretaris PD DDI Makassar 2019-2024 ini mengingatkan, sejarah dan nama besar NU sudah menjagat, atau mendunia sejak tahun 1926.
Karenanya, dengan ketajamanan “istikharah” dan “ikhtiyarah” yang bersambung dengan cita cita mulia para ulama dan kiai NU di Sulawesi Selatan, utamanya di Makassar, membuatnya siap bertarung sebagai Ketua PCNU Makassar yang akan digelar nanti.
Ketua Dewan Instruktur GP Ansor Sulsel ini mengharapkan, jika dipercayakan sebagai Ketua PCNU Makassar nanti, para jam’iya –jajaran pengurus dan jama’ah NU turut memikirkan sekuat tenaga hasil hajatan momen lima tahunan tersebut.
“Jadi, jika diberi amanah sebagai Ketua PCNU Kota Makassar, tentunya saya siap berhikmah di NU. Dalam berhikmad, saya, keluarga, lingkungan, dan jajaran NU harus satu frekwensi dalam gerak dan langkah. Kami akan jalan bersama. Kami akan kompak, agar menggapai hasil maksimal. Yaitu, memberikan pelayanan terbaik kepada orang lain, termasuk terus belajar belajar mengenal NU, Aswaja, dan yang lebih penting menjunjung dan cinta pada tanah air,” ujarnya, usai membuka sunatan gratis bagi anak kaum dhuafa di Ponpes DDI Galbar, Jalan Yos Sudarso, Lorong 154 A No.17, Selasa, 11 Juni 2024.
Bagi Ketua Dewan Instruktur GP Ansor Sulsel ini, seorang leader dari lembaga agama, seperti NU wajib hukumnya memiliki bekalan pengetahuan dan pengalaman, khususnya berkolerasi dalam Ahlusunnah Waljamaah –Aswaja. Termasuk, berkemampuan menyatukan ummat, utamanya menjunjung tinggi ke Indonesiaan.
Apalagi, ukhuwah yang sudah dimiliki bangsa ini, yaitu ukhuwah wathaniyah, ukhuwah Islamiyah, dan ukhuwah insaniyah, bisa menjadi model bagaimana membangun dunia yang damai, dan lebih sejahtera.
“Seperti kita ketahui bersama bahwa, ulama NU benar-benar berjuang keras untuk meleburkan jiwa-jiwa Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak ada yang salah dengan yang namanya Islam tapi tetap cinta Indonesia, bahkan prinsip itulah yang terus diperjuangkan bersama,” demikian Ketua Tanfidziah Forum Santri Nasional (FSN) Sulsel ini.
Menjawab pertanyaan soal dukungan, Ketua Harian Perguruan Pagar Nusa Makassar (2024) ini mengakui, telah meminta izin dan restu para ulama kharistimatik di kota yang dipimpin Moh.Ramdhan Pomanto ini.
“Saya akan terus melakukan kunjungan untuk meminta restu dandukungan dari para lama dan kyai, tentunya kesemuanya ini untuk menguatkan niatan saya maju sebagai Calon Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Makassar,” akunya.
Lalu apa yang hendak dilakukan jika terpilih nanti? Gus Taslim, menyebut penguatan SDM jamaah harus menitikberatkan pada literasi digital. Termasuk penguatan jamaah mulai dari Majelis Wakil Cabang (MWC), hingga ranting, dan kelurahan, yang merupakan jamaah terdepan.
“Warga Nahdliyyin harus melek teknologi dan bisa memanfaatkan teknologi sebagai media dakwah yang efektif. Media sosial harus digunakan untuk kepentingan penguatan ideologi Aswaja yang mengedepankan sikap al-Tawazun (bertindak seimbang), at-Tawassuth (berprilaku moderat), al-Tasamuh (bersikap toleran) dan al-I’tidal (berpihak pada kebenaran),” katanya.
Sebelum menutup pembicaraan dengan media ini, Ahmad Taslim menyerahkan sepenuhnya kepada pemilik suara. Yang jelas, sebagai hajatan demokrasi, Konfercab NU Makassar merupakan momentum penyegaran kembali roda organisasi.
Sejumlah warga Nadhliyyin dikonfirmasi terpiah mengharapkan, jika nantinya Ahmad Taslim diberi amanah memimpin NU Kota Makassar, setidaknya dia dapat menjalani amanah dengan baik dan benar. Harapan terbesar mereka agar jika menakodai NU Makassar, maka alumni Tafsir Hadist IAIN Alauddin (A1), dan alumni Sosiologi Unhas (S2) Unhas itu tidak semata punya tafsir Islam semata, melainkan tafsir sosial—khususnya dibidang ekonomi ummat.
Pasalnya, belakangan ini adik kandung Prof. Nurhayati Rahman Matammeng–menerjemah manuskrip La Galigo ini merupakan salah satu pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar sering berhubungan dengan porgram program yang mengangkat ekonomi keumatan.
Seperti diketahui, NU didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di Kota Surabaya oleh seorang ulama dan para pedagang untuk membela praktik Islam tradisionalis (sesuai dengan akidah Asy’ariyah dan fikih Mazhab Syafi’i).
Pandangan keagamaan NU dianggap “tradisionalis” karena menoleransi budaya lokal selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini membedakannya dengan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, yang dianggap “reformis” karena membutuhkan interpretasi yang lebih literal terhadap Al-Qur’an dan Sunnah. (din pattisahusiwa)