160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
iklan dpr makassar

Pimpin DDI Makassar, Ahmad Taslim Janji Perkuat Tiga Kekuatan

Makassar, Pedomanku.id:

Kehadiran Darul Dakwah wal-Irsyad, atau DDI tidak hanya mewakili pembangunan sebuah bangunan, tetapi budidaya tempat di mana pengetahuan dicari, iman diperkuat, dan masyarakat dilapisan bawah  lebih dekat dengan ajaran Islam. Bukan hanya itu, melalui bangunan DDI itupula, Ketua Pengurus Daerah (PD) DDI Kota Makassar 2025-2030 terpilih, Ahmad Taslim Matammeng,S.Ag.M.Si berjanji memperkuat tiga kekuatan, yaitu  penguatan dakwah, penguatan pendidikan, dan penguatan sosial.

Ahmad Taslim Matammeng, berjanji, usai dilantik nantinya, pihaknya bersama seluruh jajaran DDI Kota Makassar bekerja cerdas guna memperkuat, dan membesarkan lembaga keagamaan yang didirikan tahun 1923, atau 10 tahun sebelum kelahiran NU tersebut.

Ahmad Taslim Matammeng melihat, setidaknya ada sejumlah tugas yang wajib hukumnya dilaksanakan di masa kepengurusannya lima tahun ke depan. Mulai dari penguatan lembaga (DDI), dalam konteks membentuk cabang cabang di seluruh kecamatan di Makassar, penguatan dengan pemerintah Kota Makassar, hingga penjabaran kekuatan gerakan DDI.

“Setidaknya, ada tiga keunggulan DDI yang perlu diperkuat. Yaitu, dakwah—misalnya dengan melakukan kaderisasi ulama, dan membentuk lembaga lembaga dakwah dibawahnya. Kemudian, pendidikan dengan cara penguatan pondok pesantren bentukan DDI, masing masing Madrasah, Stnawiyah, dan Alliyah. Termasuk penguatan di bidang sosial, sekaligus membangun kerjasama antarlembaga, dengan  ormas lainnya,” tutur Ketua Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren  Darud Da’wah Wal Irsyad Galesong Baru (Ponpes DDI-Galbar) ini di ruang kerjanya, Rabu,22 Januari 2025.

Khusus di bidang sosial, alumni Tafsir Hadist IAIN Alauddin Makassar, Magister Sosiologi Pascasarjana Unhas,  dan Ketua Tanfidziyah Forum Santri Nasional (FSN) Sulsel 2019–2024 ini melihat, dengan jamaah atau addariyah cukup besar, tentunya membuka peluang bagaimana DDI di Ibukota Sulawesi Selatan ini berbuat, bukan saja bagi kepentingan organisasi, melainkan bagi ummat, agama, dan bangsa.

“Sekadar diketahui, addariyah di DDI itu besar. Mereka tidak hanya berada dalam wilayah kepengurusan DDI itu sendiri, melainkan tersebar hampir di seluruh elemen. Mulai dari pengusaha, di pemerintahan, akademisi, jurnalis, TNI/Polri, di parlemen, dan lainnya,” jelas Ketua Harian  Perguruan Pagar Nusa Makassar 2024 ini, seraya berharap kesemua jejaring addariyah yang ada dapat memberikan konstribusi dalam membumikan syiar DDI secara umum dari berbagai aspek.

Melihat jejaring para alumni DDI yang tersebar itulah, Ahmad Taslim yang juga Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar mengharapkan tetap memberikan kontribusi dalam pengembangan DDI secara umum dari berbagai aspek sesuai kompetensi masing-masing.

“Kita ketahui bersama bahwa, meski dampak dari pekerjaan para alumni melampaui struktur fisik Darul Dakwah wal-Irsyad, sekaligus menjangkau jauh ke dalam tatanan spritual dan sosial. Mereka malah terus memelihara dan membimbing generasi mendatang. Sebab, Darud Da’wah Wal-Irsyad pada hakekatnya adalah suatu organisasi yang mengambil peran dalam fungsi mengajak manusia ke jalan yang benar dan membimbingnya menurut ajaran Islam ke arah kebaikan dan mendapatkan keselamatan dunia akhirat,” urai putera bungsu ACH Abdurrahman Matammeng–salah seorang ulama kharismatik Sulsel, kelahiran Ujungpandang, 20 Juni 1973 ini.

Menjawab pertanyaan apakah yang menjadi jamaah DDI hanyalah para alumni DDI? Gus Taslim—sapaan  akrab Ketua Dewan Instruktur GP Ansor Sulsel ini mengemukakan, DDI adalah organisasi terbuka. Malah salah seorang pendirinya orang Muhammadiyah. Bahkan,  para jamaah DDI itu tidak hanya berada di Sulawesi Selatan saja, melainkan di Sumatera, Madura, di Jawa, di Kalimantan, Papua. Malah ada yang ada di Brunei Darussalam.

“Bagi kami, DDI itu terbuka. Yang penting orang itu memegang teguh tradisi, memegang teguh kepada prinsif prinsif amaliah Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang banyak dilakukan warga NU. Tentunya, ini merupakan sebuah kekayaan yang sangat luar biasa. Tidak semua organisasi keagamaan memiliki tradisi ibadah Islami seperti ini. Amaliah seperti Yasinan, Maulidan, Lailatul Ijtima’ dan sejenisnya yang dilakukan bersama-sama harus terus dipertahankan di tengah-tengah masyarakat. Selain sebagai wujud ibadah, amaliah ini juga terbukti mampu merekatkan kebersamaan elemen warga dan juga umat Islam secara umum,” urai  Ketua Dewan Instruktur Pengurus Wilayah (PW) Gerakan Pemuda  Ansor Sulsel, dan Ketua Dewan Penasihat PC GP Ansor Kota Makassar ini.

Makanya, jelasnya, siapapun  boleh masuk menjadi warga DDI, tidak hanya para alumni pondok pesantren yang berada dibawah bendera DDI semata. Mengapa? Ya, lantaran para jamaah DDI itu hanyalah mencari barakah. Mewarisi nilai nilai keluhuran para kiyai, yaitu kesederhanaan.

Sebelum mengakhiri komentarnya,  Ketua Tanfidziyah Forum Santri Nasional (FSN) Sulsel 2019—2024 ini menyebut, hingga saat ini DDI memiliki 16 Pondok Pesantren, dan 28 sekolah baik Ibtidaiyah,                           Stanawiyah, maupun Alliyah. (din pattisahusiwa)

Facebook Comments Box

Baca Juga